lelaki dalam hujan

sore itu gerimis kecil mengguyur hatiku hingga basah dan mega sore pun pecah dalam pangkuan senja. Aku tak ingin menarik angin dan berkata bahwa ini adalah wujud abstrak yang orang-orang sebut dengan “cinta”, karena waktu terlalu cepat dan aku tak ingin menjadi orang-orangan sawah yang hanya di tarik anak-anak petani.
Dan jika aku hanya seorang pendosa yang hina, tentulah hujan akan berpaling dan turun ditempat lain. Aku pun masih ingin menata bilikku yang terkoyak badai..
Mungkin waktulah yang akan mengerti bagaimana semua ini terjadi.
Seorang lelaki ditengah hujan..
Berbasah seorang diri.
 Semula aku berdiri disana. Namun aku tak dapat menutup galauku dan menjauh.
Ia masih berdiri disana dan aku tak bisa jika harus melihat kedua jendela hatinya..
Akh.. hujan memang indah..
Aku tak berani merajuk , wahai langit! Pasti kau telah tahu. Mana berani aku?! 
Aku pun telah menutup mimpiku, karena aku takut jika senyum bangganya berbuah kecewa melihatku, karena aku tak sempurna seperti yang dia lihat.
Lelaki dalam hujan itu masih berdiri tegak menatapku. Apakah gerangan yang dia pikirkan tentangku? Tentang gadis aneh yang tiba-tiba datang dalam gerombolan air yang berjatuhan. 
Diam-diam aku memperhatikan lelaki itu, matanya tajam seolah ingin menembus hatiku dan membaca pikiranku dan aku tak kuasa melihatnya.
Laki-laki itu terdiam dan kilatan-kilatan kecil telah membuatnya terkejut. 
Seandainya ia tahu bahwa galau hatiku memikirkannya…
Oh…aku tak mungkin secepat ini berlari dan menari..
Tapi, janganlah engkau tertawa keki, karena aku adalah penghayal yang telah menarik bayangmu dan merefleksikannya dalam dunia mayaku.. tentang senyum dan rintangan, tentang geladak kecil yang tiba-tiba terlintas dalam imajiku.
Akh…aku sadar, itu hanya mimpi kosong dan biarlah waktu yang akan menjawabnya….

0 komentar: